“Cukuplah
seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
Kawan,
seperti aku sebutkan di suratku yang pertama, banyak orang yang mengenal kami
dengan buruk dan akhirnya menganggap kami juga buruk. Jadi pada surat keduaku
ini, anggap saja aku berusaha untuk memperbaiki citra buruk bangsaku, Bangsa
Mongol, agar tidak lagi direndahkan.
Ketika
membaca sejarah Islam yang selama ini banyak kita baca, kesan pertama yang
muncul dalam benak kita tentang bangsa Mongol adalah kekejamannya. Hal ini
seperti tergambar ketika tahun 1258, pasukan mongol pimpinan Hulagu Khan meluluhlantakkan
dan membumiratakan kota Baghdad, pusat dinasti Abasiyyah, yang sekaligus
menjadi simbol pusat kekuasaan dan Peradaban Islam yang sudah bertahan selama
kurang lebih lima abad. Bahkan kekajaman pasukan mongol ini digambarkan membuat
dua sungai yang mengapit kota baghdad, yakni Tigris dan Eufrat, berubah warna
menjadi merah kehitaman, begitulah penggambaran yang disebutkan oleh Don Nardo.
Dalam bukunya yang berjudul Genghis Khan and the Mongol Empire, warna merah
akibat darah manusia yang dibantai dan hitam akibat tinta dari kitab-kitab
berisi pengetahuan yang dibuang ke kedua sungai tersebut.
Terlepas
dari gambaran para sejarawan tentang kekejaman dan kebiadaban pasukan Mongol
yang sedemikian rupa. Dari catatan sejarah pula, kita mengetahui bahwa beberapa
kurun setelah invasi disertai penghancuran kebudayaan dan peradaban yang
dilaluinya, bangsa Mongol telah berubah drastis. Bangsa mongol yang semula
barbar telah berubah menjadi bangsa yang mencintai dan mampu membangun kembali
peradaban yang dulu pernah dihancurkannya, khususnya peradaban Islam. Bukti
nyata dari hal ini adalah Taj Mahal, salah satu keajaiban dunia karya agung
dari dinasti Mughal (mongol) di India. Bangsa mongol juga memilki andil cukup
besar bagi kemajuan peradaban dinasti Syafawi di Persia. Selain membangun
kembali peradaban islam, bangsa Mongol juga berjasa meneruskan kembali dakwah
islam ke wilayah yang lebih jauh.
Lebih
lanjut, Crimea, yang cukup dekat dengan rumahku, wilayah sengketa antara
Ukraina dan Rusia yang menjadi isu global akhir-akhir ini, dulunya merupakan
salah satu pusat kekuasaan dinasti yang dibangun oleh keturunan mongol, dinasti
yang terkenal dengan sebutan dinasti Golden Horde, meskipun pada akhirnya
wilayah ini mendirikan dinasti sendiri yang dikenal dengan istilah Crimean
khanate/ke-khan-an crimea.[1] Berkat dinasti Golden
Horde inilah, jejak dakwah bangsa mongol bahkan bisa mencapai kawasan yang sekarang
menjadi negara-negara Eropa timur seperti Albania, Rumania, Bulgaria, Armenia,
Ukraina, bahkan sampai ke wilayah yang merupakan bagian dari Polandia.
Kawan,
tentu ini menjadi hal yang menarik, bagaimana bangsa nenek moyangku yang
awalnya merupakan bangsa barbar yang tak beradab dan terkenal dengan
kekejamannya, berubah menjadi bangsa beradab dan membangun kembali
peradaban yang pernah dihancurkannya. Menarik pula untuk ditelusuri, apa
sebenaarnya motif awal dari bangsa Mongol ini melakukan ekspansi yang begitu
jauh ke berbagai penjuru hingga ke Eropa timur. Jadi menurutku pembahasan
tentang Dinasti Golden Horde inilah yang sebaiknya kita perdalam untuk
penelitianmu.
[1]DariuszKołodziejczyk, The
Crimean Khanate and Poland-Lithuania International Diplomacy on the European
Periphery 15th–18th Century (Boston: Brill,2011), 11.
0 Komentar