
Saya ingat,
pada waktu ngAji guru kami pernah bercerita bahwa Rosululloh sudah tahu bahwa
jalan takdir wafatnya adalah dengan diracun. Sehingga beliau legowo ketika
mendapati kudapan yang beliau makan sudah dibubuhi racun. Beliau memang pribadi
teladan, tidak heran jika bertindak sedemikian pasrah dengan takdir Alloh.
Dari peristiwa
wafatnya beliau, kita bisa mengambil teladan, bahwa takdir seseorang tidak
pernah salah dan tertukar. Jika memang sudah waktunya mati, tidak akan bisa
ditunda, dan jika belum waktunya mati, meskipun sakit bagaimanapun, nafas masih
bisa dihela. Maka, hidup tidak perlu khawatir, semua sudah dikonsep dengan baik
oleh Alloh, jodoh, rejeki, dan kematian kita.
Pelajaran yang
simpel tapi dalam ini, selayaknya bisa kita usahakan untuk diterapkan dalam
menghadapi wabah Corona ini. Bahwa hidup dan mati kita sudah ditanggung Alloh.
Corona dan segala penyakit yang ada, jika memang bukan “sarana” kematian kita,
tidak akan bisa memaksa kita untuk mati. Maka dari itu, kita tidak perlu takut
mati karena Corona, kalau sampai kita takut Corona bisa mematikan kita, wah...
itu bisa jadi syirik, mempersekutukan Alloh, dan tentu dosa besar. Jadi saya
tekankan lagi dengan capslock, bahwa kita TIDAK BOLEH TAKUT MATI KARENA CORONA.
Nah begitu.
"Ooo….. jadi
kita tidak perlu takut corona ya? Gak perlu physical distancing juga berarti?
Toh hidup mati di tangan Alloh, kan?"
Hus!!!,
pikiranmu! Kita memang tidak boleh takut mati karena Corona, tapi bukan
berarti kita tidak melakukan tindakan antisipatif untuk mencegahnya. Kita harus
tetap menjaga kebersihan, pakai masker kalau keluar rumah, dan tetap jaga
jarak. Agar rantai penyebaran wabah Corona ini bisa putus, dan kehidupan
kembali sebagaimana biasa.
Halah, kalau
begitu sama saja takut namanya.
Sik-sik,
kita boleh takut dengan Corona, takut jika kita tertular nanti malah
menyusahkan orang lain, takut jika kita nanti menulari orang lain, dan
takut jika nanti tidak bisa ibadah sebagaimana mestinya karena positif Corona,
begitu. Bukan takut mati karena Corona.
Nah, jadi kita
harus memerbaiki pandangan kita, jika memang sebelumnya kita takut mati Karena
Corona. Dan mari kita menyikapi wabah dengan pikiran positif. Boleh lah raga
kita berjarak, tapi rasa kita harus tetap ter-link-kan. begitu.
Akhirnya, kita
perlu mengelola kebali manajemen “takut” di musim wabah sekarang ini.
“Niat ingsun
ajrih Corona, keranten kuwatos nyusahaken lan dados madlorote damel tiang
lintu, lillahi ta’la”
Stay home n
stay save!
0 Komentar