Sesuatu yang tidak
disangka-sangka adanya di luar ekspektasi nalar pikir manusia, merupakan
suatu yang bisa di bilang sebagai tanda untuk pangeling terhadap apa yang telah
dilakukan oleh setiap insan, dan juga bisa menjadi pangeling untuk banyak
insan.
Pangeling merupakan bahasa
jawa, yang jika di artikan dalam bahasa Indonesia menjadi pengingat. Dan adanya
pangeling itu bisa datang dari mana saja dan siapa saja, yang itu sumbernya
dari Alloht swt., sebagai sang Mahakuasa lagi Mahamengetahui atas gerak-gerik
hambaNya di muka Bumi.
Sesuatu yang tidak kita
ketahui, lalu tiba-tiba hadir dan menjadikan kita bagaikan paku yang tertancam
dalam, hingga tak terkutik untuk melakukan apa dalam menyikapinya.
Dan jika manusia lebih
membesarkan sisi keegoisannya, akan menganggap hal itu tidak hanya sekedar
pangeling, bahkan lebih dari itu. Dianggapnya sebagai peringatan (bebayan) atau
sebagai tantangan untuknya.
Tetapi, hal itu tidak akan
menjadi lebih sebagai peringatan, bagi manusia yang membesarkan kelembutan
hatinya dalam menyikapi sesuatu yang telah tergariskan untuknya di buku takdir
sang Khalik.
Keegoisan tidaklah sulit untuk
dilakukan, tetapi sulit untuk menahannya. Karena keegoisan memikat hati
manusia, supaya bisa merasakan kenyamanan setelah melakukan sesuatu yang
diliputi keegoisan.
Lain dengan kelembutan. Hati
yang terselimuti kelembutan, akan mewujudkan ketenangan dalam menyikapi sesuatu
yang dianggap sebagai pangeling dalam dirinya.
Mewujudkan kelembutan dalam
hati tidaklah mudah, perlu pengasahan dalam diri untuk menyikapi pangeling yang
hadir tanpa rencana. Belajar merenungkan sesuatu dalam hidup yang di rasa hati
tidak mampu untuk menerimanya.
Dengan itulah hati akan
mengerti, apakah sesuatu itu sebagai pangeling dari Alloh swt., supaya untuk
tetap dalam rel keimanan atau sebagai peringatan karena keegoisannya.
0 Komentar