Anugerah akal dari Alloh hendaknya
dilatih untuk berfikir yang positif lagi progresif. Memang kadang kala tanpa
disadari, ketika memandang hal-hal yang tidak cocok dengan hati, terbersit
dalam pikiran menganggap hal tersebut buruk.
Apakah bersitan dalam pikiran mengenai
keburukan orang lain ini dosa? Dalam kajian kitab Bughyatul Mustafid di
jelaskan oleh Ustad Yusuf Muslih Tamami; apa-apa yang masih di dalam pikiran,
belum terucap atau tertindak. Lalu di’istighfari atau ditobati. Maka, tidak
termasuk dosa.
Yang menjadi bermasalah adalah bebasnya
media sosial, memunculkan pengamat-pengamat amatir yang hobi nyinyir atau
ghibah di sosmed. Pada setiap berita atau postingan yang sekiranya cocok atau
tidak cocok dengan dirinya, dengan mudah netizen (pengguna internet) memberikan
komen dan berbagai unek-uneknya. Tanpa ilmu dan kapasitas yang mumpuni pula.
Mbah Abdurrohmman Wahid ad-Dakhil
jauh-jauh hari sebelum beliau wafat berpesan, agar masyarakat Islam dan Warga
NU khususnya untuk meramaikan media sosial dengan konten-konten yang positif.
Yang memupuk rasa persatuan, kerukunan, dan kekompakan. Beberapa ulama’ dan
tokoh Islam sudah aktif di media sosial, untuk mengisi konten-konten yang
berfaedah. Seperti Romo Guru Omda Luthfi yang aktif di Facebook, Gus Mus beliau
aktif di Twitter, ada Gus Baha’, Gus Miftah, Gus Muwafiq, Ustad Abdul Somad,
Ustad Adi Hidayat yang aktif di Youtube. Dan masih banyak lagi.
Kemajuan Informasi dan Teknologi yang
cepat ini hendaknya menjadikan semakin meningkat keimanan kita,
kokoh-kekeh-kuat keyakinan kita, dan mutlak hanya takut kepada Alloh swt.
Karena kemudahan tersebut bisa digunakan untuk memermudah mempelajari sejarah,
budaya, agama, sains, dan teknologi. Sebagai bekal untuk menjadikan diri
semakin berkualitas.
Kita sebagai konsumen, hendaknya menjadi
konsumen yang cerdas. Apa saja yang bisa di ambil dan cocok untuk kita. Pesan
Guru Kami Romo Guru Omda Luthfi “Jangan berhenti belajar, teruslah membaca.
Jangan mudah memuji apalagi membenci, cukup do’akan”.
0 Komentar