Manusia di lahirkan dengan keadaan suci,
walaupun secara kasat mata yang di lihat adalah darah yang menyelimutinya. Dan
di dalam agama Islam, darah itu hukumnya najis. Tetapi hal itu tidak menjadi
tolak ukur kesucian yang di maksud. Bayi itu lahir di muka Bumi dengan keadaan
suci dari dosa. Walaupun kedua orang tuanya adalah pendosa, hal itu tidak bisa
menjadikan anaknya lahir penuh dengan dosa. Lahirnya si bayi, bagaikan lembaran
putih yang siap untuk di tuangi tinta hitam dari goresan-goresan kehidupan.
Di dalam kehidupan yang fana ini, ia akan
mulai beraduh sebagai jalannya dalam menempuh kehidupan yang hakiki dari jalan
yang telah ia lewati, yaitu alam ruh dan alam rahim. Ia hidup membawa hati
nurani yang bersih, dan di dalam kehidupan ini ia beraduh dengan materi-materi
yang mampu menjadikan hati nuraninya itu tertutup karena syahwatnya terlalu
besar merasakan kenyamanan yang ia terima, dan bisa juga menjadi tetap bersih,
walaupun sempat ada pertarungan dan terpenjara oleh syahwat.
Hati nurani yang bersih, sejatinya ia
akan tetap bersih. karena ia mampu merasakan hal yang menurutnya itu baik atau
buruk. Tetapi syahwat sebagai musuh hati nurani itu menolak untuk memilih
kebaikan dalam mengambil keputusan, dan ditambah adanya dorongan atas
kenikmatan yang ia lihat dari materi-materi kehidupan yang fana ini menjadikan
kebanyakan orang memilih apa yang tampak, karena menurutnya itu lebih jelas
daripada hati nuraninya yang belum jelas kenikmatannya.
Indra yang menyatu pada dirinya merupakan
salah satu dari banyaknya kekuasaan Alloh swt. yang di amanahkan kepadanya dan
juga sebagai saranannya dalam melakukan peribadatan pun mampu dijadikan budak
oleh syahwat, karena indra mudah dibohongi dengan adanya keterbatasan materi
yang tampak jelas. Hal itu yang menjadikan kebanyakan orang lebih memilih
kejelasan dari apa yang telah indra tangkap, daripada hati nurani yang jujur
akan kebaikan untuk dirinya.
Maka, janganlah mudah terperangkap oleh
syahwat yang mengandalkan indra sebagai alatnya untuk menuju kehancuran. Walaupun
awalnya terasa nikmat, tapi hal itu tidak berlangsung lama.
Hati nurani mengajak kepada kebaikan,
walaupun kebaikan itu tidak terlihat kejelasan olehnya. Lebih baik
bersusah-susah dahulu, bersenang-senang setelahnya, itu yang ingin hati nurani
sampaikan kepadanya.
0 Komentar