Memilih menempuh kehidupan baru, tentunya
tidak sembarangan layaknya membalik kertas yang penuh goresan dengan kertas
putih baru bersama teman hidup, melainkan perlunya kesiapan dalam segala hal.
Baik persiapan berupa mental, materi, dan sebagainya.
Bagi sebagian orang menyatakan bahwa,
jika menikah itu butuh biaya, butuh ini, dan itu. Dan jika di pikir, pasti akan
merogoh kantong hanya untuk membesarkan acara pernikahan. Memang benar, bahwa
di dalam ajaran Islam, menikah di wajibkan untuk memberi kabar kepada
saudarannya, tetapi tidak harus mewah. Dan hal itu telah di buktikan oleh Romo
Guru kami menikahkan putra pertamanya. Malah lebih sederhana, tanpa mengadakan
acara resepsi seperti sebagian banyak orang.
Dan Romo Guru kami pernah dawuh perihal undangan,
bahwa "membagikan nasi kotak kepada tetangga sebelah, itu termasuk memberi
kabar".
Selain biaya untuk acara pernikahan,
sebagian orang menganggap, bahwa mahar itu harus berupa materi. Dan di dalam
ajaran Islam tidak mewajibkan mahar itu harus berupa materi, hal itu tergantung
dari pihak mempelai wanita yang akan di nikahi.
Susahnya, pada jaman sekarang yang serba
materi menjadikan orang tua mengajarkan anaknya bahwa semua bisa diraih dengan
materi. Hal itu mendorong anak berkeinginan, jika di lamar oleh seorang lelaki
akan memberi batasan mahar yang bernominal tinggi. Hal tersebut menjadi ciri
orang yang meterialistis, yang hanya memikirkan dunia dan jauh memikirkan
akhirat.
Romo Guru kami, Syaikh Miftahul Luthfy
Muhammad sering menyampaikan, "Semakin rendah mahar yang di minta,
menunjukkan tingkat ke sholehaan wanita".
Melakukan hal yang membuat si mempelai
wanita suka pun mampu dijadikan sebagai maharnya, tanpa harus mengeluarkan
biaya besar untuk maharnya, dan itu sah secara hukum Islam. Dan secara
kenegaraan, itu sah. Karena pada saat Romo Guru menikahkan putra pertamanya,
sang mempelai wanita menginginkan mahar berupa bacaan basmalah, dan oleh pihak
KUA di terima.
Dari pembicaraan di atas menunjukkan,
bahwa ajaran agama Islam itu memudahkan dan tidak menyulitkan.
0 Komentar