
Semakin lama
pandangan saya menjelajah objek-objek yang ada di depan mata, saya merasa
semakin dekat dengan jawaban. Saya teringat dawuh Romo yang disampaikan Yai
Syuaib beberapa waktu lalu ketika mengaji, bahwa segala kebosananmu sekarang
ini, boleh jadi kelak adalah mutiara dalam hidupmu. Saya jadi sadar, bisa jadi
apa yang saya jalani sekarang ini adalah sebuah proses pendidikan yang
diterapkan Romo kepada saya. Lebih jauh lagi, saya sadar ternyata kehidupan itu
adalah serangkaian pendidikan yang outputnya adalah menjadikan seseorang itu
sadar posisinya sebagai Abdulloh. Namun dengan berbagai potensinya, manusia
terkadang tidak bisa mencapai output yang ideal tersebut. Tidak mampu
mengidentifikasikan dirinya sebagai abdulloh.
Maka, kemudian
orang-orang berlomba untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan cocok untuk
dirinya, yang artinya mereka ingin memeroleh posisi hidup yang ideal dengan
karakter dirinya. Sehingga tidak sedikit orang yang rela mengeluarkan gocek
yang tidak sedikit, untuk mendapatkan pendidikan yang dirasa lebih baik. Tidak
ada salahnya memang. Seseorang berhak mentasarufkan hartanya untuk sesuatu yang
dianggapnya baik.
Namun, dari
usaha-usaha kita untuk memeroleh pendidikan yang layak itu, kita harus sadar
bahwa Alloh sudah menyiptakan arus besar pendidikan manusia lewat takdirNYA.
Pilihan-pilihan kita dalam memilih pendidikan yang kita inginkan adalah bagian
kecil dari arus pendidikan yang Alloh ciptakan tersebut. Maka kegagalan,
keberhasilan, kebahagiaan, kesedihan, dan segala detil kehidupan yang kita
alami adalah bentuk pendidikan dari Alloh, yang kelak jika kita sikapi dengan
benar akan menunjukkan jalan menuju pemahaman bahwa kita adalah Abdulloh.
Akhirnya,
kembali kepada kesadaran diri kita masing-masing, bahwa setiap apa yang kita
alami adalah bentuk pendidikan, yang seharusnya menjadikan kita lebih baik.
Maka, tidak penting dari mana kita memulai, yang terpenting adalah kemauan kita
untuk mencapai garis finish, mencapai pemahaman bahwa kita adalah Abdulloh.
Hidup bukanlah lomba sprint, kita punya start, lajur dan finish masing-masing,
yang tidak sama satu sama lain. Dan dalam perjalanan kita mencapai garis finish
itulah, kita dididik, dididik, dan terus dididik, untuk benar-benar bisa sampai
garis finish. Begitulah. Semoga kita bisa sampai finish, tentunya dengan
kecepatan kita masing-masing.
Oh iya, dengan
kesadaran itulah, akhirnya saya bisa enjoy, meski harus bermalam-malam ria untuk mengerjakan tugas dari Guru saya itu, heuheuheu. Terimakasih, semoga
kesadaran itu tetap menyala.
0 Komentar