Saya termasuk penyuka suara mesin ketik. Bahkan kalau
saya menulis panjang di handphone, saya akan menyalakan suara keyboardnya.
Suaranya seolah memberikan energi dan semangat tersendiri.
Hampir tidak ada pengalaman apapun dengan mesin ketik
dalam menulis. Saya lahir di era dimana komputer, laptop, dan handphone telah
menguasai pasar. Mesin ketik tak lagi punya tempat. Satu-satunya pengalaman
saya dengan mesin ketik adalah mesin ketik milik bapak. Itupun -seingat saya-
sudah rusak. Jadi, saya Cuma bisa tutal-tutul, tanpa ada huruf yang
keluar wujudnya, serta suara kreeeek-centingnya yang khas.
Akhir-akhir ini saya malah berkeinginan menulis di mesin
ketik. Sepertinya mengasyikkan. Saya sering iseng browsing harga mesin
ketik. Dan ternyata masih mahal. Kantong saya tentu tak cukup, dan tidak layak
membelinya hanya untuk sekadar “sepertinya mengasyikkan” tanpa tahu lebih
lanjut apa yang bisa saya hasilkan dari mesin itu. Hanya saja, keunikan mesin
ini, kunonya, dan suaranya memberi daya tarik tersendiri.
Ndilalah keadaan membuat saya harus “memesin ketikkan” keyboard yang baru saya beli kemarin siang. Berbekal harga murah dan kondisinya yang baru, saya nekat membelinya. Nahas, keyboard untuk tablet windows itu ternyata alot spasinya dan hanya bisa diatasi dengan cara mengetik seperti apa yang ada di tutorial video ini. Mau tak mau, demi bersyukur dan tidak kecewa, saya anggap saja ini mesin ketik. Suara cetak-cetaknya sedikit mewakili. Kalau tak begitu, nanti saya malah jadi kuciwo dan ngedumel “Keyboard kok alot”. Maklum juga sih, memang hargnya ya murah. Murah kok minta istimewa.
Demi berbahagia, patutlah saya membanggakan keyboard ini
dengan senyum yang dibuat-buat. Tentu butuh tenaga lahir batin yang ekstra
untuk menulis panjang di keyboard ini. Rasa-rasanya tak kuat. Karena satu cara
berhasil mengetikkan spasinya adalah dengan agak kosro. Tanpanya, ketikan
tak akan memunculkan apapun.
Tapi dari situ, saya agak menjadi berpikir. Seandainya saya
kecewa berlebihan dengan keyboard ini, kemudian saya mutung dan enggan
menulis dengannya. Betapa tak bersyukurnya saya. Karena saya membayangkan, para
penulis terdahulu, dengan tingkat produktifitas yang luar biasa, tak semudah
kita menulis di papan keyboard macam sekarang. Apakah lantas kemudian karena
spasi yang alot saja, saya menjadi kecewa dan enggan menulis. Kalau memungkinkan
dan ada yang lebih cepat, tentu bisa dimanfaatkan. Tapi kalau sementara adanya
baru itu, ya harus disyukuri dan tetap mesti difungsikan dengan baik. Toh
hanya spasi yang alot, itupun masih bisa. Hanya alot, bukan disfungsi.
Maka, saya mencoba dan berusaha tetap bahagia dengan mesin
ketik kw 27 ini. semoga masih bisa berguna dan menghasilkan banyak karya. Toh niat
awalnya hanya ketika urgen dan untuk keperluan mobile saja. Kalau sedang di pondok,
masih bisa di komputer atau laptop.
Yang terakhir, dan patut saya sampaikan agar tidak
terjadi kesalahpahaman, bahwa tentu menulis tulisan sepanjang ini, saya tidak
menggunakan keyboard tadi. Sebab realitasnya keyboard ini “A lot spasy, aseli”
0 Komentar