Pembaca,
Anda tahu, cinta seringkali membuat orang terdorong melakukan berbagai hal
menakjubkan. Demi untuk membahagiakan yang dicintai, sang pecinta biasanya akan
merelakan diri melakukan hal yang ia tak suka, memberi usaha lebih, atau
bahkan meniru apa saja yang dikerjakan orang yang dicintai. Cinta membuat orang
mau menerjang kesulitan-kesulitan yang menghadang.
Kita,
umat Nabi Muhammad saw. yang mencintai beliau saw., begitu pula bukan ? Dalam
kehidupan sehari-hari selalu berusaha mengerjakan sunnah sunnah beliau dan apa
saja yang beliau contohkan, semampu yang kita bisa.
Cinta
kepada Nabi mendorong orang untuk misalnya melaksanakan berbagai solat dan
puasa sunnah, berdo’a, tajdi’dul wudlu’, bersiwak, menggunakan minyak wangi, melazimkan wirid-wirid, dan berbagai kesunnahan lain. Alangkah sukar istiqomah mengerjakan semua itu
kalau tidak di dorong oleh rasa cinta yang mendalam.
Dengan
cinta, apa saja menjadi terasa lebih mudah. Yang berat akan terasa ringan, yang mahal pun terasa murah. Karena nyatanya bukan cuma dalam praktik
ritual orang begitu bersemangat meniru nabi. Dari mulai cara berpakaian sampai
daharan (makanan) favorit beliau pun, banyak di ikuti orang.
Lihatlah
bagaimana sebagian besar kaum muslimin rela merogoh kocek dalam-dalam untuk
membeli kurma ajwa. Kurma hitam kesukaan nabi yang terkenal mahal harganya. Atau madu, cairan ajaib yang dihasilkan oleh lebah dan di sabdakan nabi memiliki
segudang manfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Baik kurma ajwa
maupun madu, sama sama barang komoditas tinggi yang yang sulit dijangkau
harganya oleh "masyarakat bawah". Harganya melangit karena berbekal sabda
nabi yang begitu masyhur, dua barang itu kini dikomersilkan habis-habisan.
Tapi
cinta kepada Nabi seakan menutup semua itu. Kurma ajwa dan madu tetap laris
manis. Mengapa ? Ya cinta.
Tapi
tahukah anda, bahwa selain 2 makanan itu,
ada juga lo sayur Indonesia yang menjadi salah satu makanan favorit Nabi ? Hehe. Sayur yang saya maksud adalah sayur
labu. Ya, labu, seperti yang banyak kita jumpai di pasar-pasar
Saya
tidak tahu, apakah di tanah arab orang juga menanam labu atau tidak. Tapi
di Indonesia, sayur labu
memang sangat mudah dijumpai. Kita tidak perlu bersusah payah untuk
mendapatkannya di Indonesia
bagian mana pun. Iya kan ?
Tiga Riwayat mengenai bagaimana
Nabi begitu menggemari labu dicatat oleh Imam Tirmidzi dalam kitab beliau
asy-Syama’il al-Muhammadiyyah,
1. عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: « كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّْهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُعْجِبُهُ الدُّبَاءُ فَأُتِيَ بِطَعَامٍ، أَوْ دُعِيَ لَهُ فَجَعَلْتُ
أَتَتَبَّعُهُ فَأَضَعُهُ بَيْنَ يَدَيْهِ لِمَا أَعْلَمُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ ».
"Nabi saw. menggemari buah labu. maka
(pada suatu hari) beliau diberi makanan itu, atau diundang untuk makan makanan
itu (labu). Aku pun mengikutinya, maka makanan itu (labu) kuletakkan
dihadapannya, karena aku tahu beliau menggemarinya.
2. عَنْ
جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: « دَخَلْتُ عَلَى
النَّبِىِّ صَلَّى اللّْهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَرَأَيْتُ عِنْدَهُ دُبَاءً يُقَطَّعُ . فَقُلْتُ
: مَا هَذَا؟ قَالَ : نُكَثِّرُ بِهِ طَعَامَنَا ».
“Aku berkunjung
ke rumah Nabi saw. Kulihat di sampingnya ada labu yang telah dipotong-potong.
Aku bertanya, “Apa ini ya Rosulalloh”. Beliau menjawab, “Kami memperbanyak
makanan kami dengannya”
3. عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: « إِنَّ
خَيَّاطًا دَعَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ
صَنَعَهُ، قَالَ أَنَسٌ فَذَهَبْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَى ذَلِكَ الطَّعَامِ فَقَرَّبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُبْزًا مِنْ شَعِيرٍ وَمَرَقًا فِيهِ دُبَّاءٌ
وَقَدِيدٌ قَالَ أَنَسٌ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَتَتَبَّعُ الدُّبَّاءَ حَوَالِيَ الْقَصْعَةِ فَلَمْ اَزَلْ
اُحِبُّ الدُّبَاءُ مِنْ يَوْمَئِذٍ ».
Sesungguhnya seorang penjahit mengundang
Rosululloh saw. untuk memakan makanan yang di buatnya. Selanjutnya Anas bin
Malik r.hu. berkata, Aku bersama Rosululloh saw. pergi untuk memenuhi undangan
itu. Kemudian penjahit itu menyuguhkan kepada Rosululloh saw. roti yang teruat
dari tepung sya’ir dan sayur labu serta dendeng.” Cerita Anas selanjutnya,
“Kulihat Nabi saw. mencari labu itu di pinggiran piring. Maka sejak itu aku
(Anas bin Malik) menyukai labu.”
Bahagia betul rasanya ketika penulis
suatu ketika membaca hadis-hadis di atas. Bahagia karena selama ini -terutama ketika
masih di desa- penulis telah banyak mengonsumsi salah satu makanan favorit
Beliau, dan bahagia karna labu harganya juga tidak mahal, berbeda dengan kurma
ajwa atau madu.
Tetapi penulis tentu tidak sedang bermaksud mengajak pembaca untuk meninggalkan kurma ajwa atau madu -yang mahal-
lalu beralih mengonsumsi labu. Penulis hanya mau menegaskan bahwa Nabi agung
Muhammad saw. memang benar-benar tidak pernah mempersulit umatnya. Bahkan untuk
meniru apa yang beliau makan pun, selalu ada kemudahan. Terutama bagi orang
“kalangan bawah” seperti penulis ini. Hehehe
Mungkin persoalan mengenai makanan kesukaaan memang tidak termasuk dari kesunnahan yang dianjurkan. Itu adalah bagian dari kewajaran beliau sebagai
seorang manusia. Tetapi kalau kita menirunya atas dasar cinta, betapa luar biasa
? Betapa makanan itu akan bergizi bagi tubuh dan meluapkan hormon bahagia endorphin yang
tak terkira.
:)
1 Komentar
Jos eh
BalasHapus