Peka
dalam setiap hal yang menimpa diri sangatlah berfaedah. Karena itu merupakan
salah satu bentuk mengenali diri sendiri, bahasa ilmu tasawufnya ma’rifatun
nafs. Romo Guru Omda Luthfi sering menyampaikan agar “kenali dirimu” hingga
mengenal tuhanmu. Setiap waktu yang dianugerahkan Alloh kepada hambanya full
hikmah dan faedah, kuncinya senantiasa syukur dan sabar.
Manusia
dianugerahi banyak potensi di dalam dirinya. Tinggal mau atau tidak, potensi
tersebut digunakan. Semisal contoh “santri”. Berbagai keistemawa’an santri
diulas dengan jelas dibanyak kitab klasik. Mulai dari do’a yang cos pleng,
kemudahan dalam setiap aktivitas, terhindar dari kutukan dunia, dan yang paling
penting full barokah; ilmu barokah, makanan barokah, dan amal barokah. Makannya
santri harus peka dengan segala sesuatu yang berada dalam diri atau sekitarnya.
Terkadang,
karena rutinitas santri lupa. Bahwa setiap do’a yang dimintanya cos pleng (mustajabah). Karena seorang yang sedang nyantri masuk dalam kategori kondisi
musafir, kepepet, dan nelongso (jauh dari keluarga dan terikat berbagai aturan).
Orang yang dalam kondisi seperti ini, dawuhnya Rosululloh saw. do’annya
mustajabah.
Dalam
Kitab Targhib watarhib bab afdloliyah menuntut ilmu, seorang yang mencari ilmu
memiliki keistimewa’an akan dimudahkan oleh Alloh dalam setiap aktivitasnya.
Selain itu, ciri santri dalam melakukan suatu pekerjaan adalah dengan di dasari
ilmu pengetahuan. Semua kerja yang didasari ilmu akan menjadi sempurna lagi
mudah.
Ada
empat golongan yang tidak akan dikutuk Alloh di dunia ini, sebab dunia itu
sendiri sudah dikutuk oleh Alloh kecuali: orang yang mencari ilmu
lillahita’ala, mengajarkan ilmu lillahita’ala, berada di majelis pembelajaran
lillahita’ala, dan senantiasa dzikir kepada Alloh swt.
Sungguh
sangat kebangeten, dikatakan santri tapi masih kuwatir masa depannya. Karena
do’a guru atau kiyai yang senantiasa tercurahkan untuknya, menjadikan barokah
apa-apa yang dilakukannnya. Untuk itu, hubunga lahir dan batin kepada guru
hendaknya senantiasa di jaga dan dirawat. Jangan sampai hati guru berubah,
karena kecerobohan kita sebagai seorang santri.
Kepeka’an
dalam membaca setiap momen penting untuk dilatih secara istiqomah lagi
mudawamah. Apalagi seorang santri, yang nantinya akan berkiprah di masyarakat
dan meneruskan estafet pejuangan ulama’ sebagai pewaris para nabi. Dawuhnya
Mbah Maimun Zubair: pemahaman ilmu yang luas, luwes, lagi mendalam penting
untuk merawat umat yang beragam macam karakternya. Selain itu Romo Guru Omda
juga sudah menulis mengenai peka dalam membaca momen di buku beliau “The
Ecolistic Way” Bab Kecerdasan Ekolistik.
0 Komentar