Entah bagaimana
harus ku mukadimahi. Yang pasti, saya bukan keturunan seorang penulis. Saya
hanya korban ide berliyan teman sekaligus guru, yang memaksaku untuk
menulis seminggu sekali di web ini.
Pagi ini aku
berada disebelah kolam ditemani segerombol ikan yang sedang berenag. Teringat
dulu pembuatan kolam koi ini, guru saya mengutus untuk solat hajat terlebih
dahulu, nyuwon marang gustialloh agar barokah. Karena saya yakin, kolam
koi yang sampai sekarang masih ada, seiring ikan koi yang makin bertumbuh besar
itu efek dari awal pembutan kolam ini yang disandarkan langsung kepadaNYA.
Karena hanya DIA yang sebaik-baik penjaga dan sebaik-baik pemelihara.
Pun begitu pula,
saya mengawali menulis. Mungkin ini yang disebut barokah. Ngawulo ke
tiang alim entah kenapa tadi pagi tepatnya jam 01.30 saya gelisa karena detlein
waktu ngaplut tulisan di web ini belum saya indahkan.
Untuk mengawali
menulis, saya solat hajat dua roka’at, lan saya tengadahkan kedua tangan dengan
hati bergeming.
“ gusti
njenengan perso lek kulo mboten saget nulis mbokyo diewangi gusti ”
Mencoba agar
sampean pembaca tidak kecewa, setidaknya saya mencoba menulis puisi bisu
untukmu,
Kau bilang, kau
tak pandai berkata-kata
Namun setiap
kata-katamu membuatku terbata-bata
Kau bilang, kau
tak suka mengungkap rasa
Namun isyarat yang
kau tampakkan membuatku tak pernah lupa
Bagimu apa yang
kau buat tidaklah istimewa
Namun tanpa kau
sadari, bagiku sungguh istimewa
Tentangmu yang
sering membuatku ngilu
Dan sungguh aku
bukan sedang memujimu.
0 Komentar