Pada hari Kamis isun di ajak Romo Guru pengajian haul di daerah
Lamongan. Kami berangkat dari Surabaya ba'da ashar, dan tiba di Lamongan lima
belas menit sebelum magrib. Disana kami disiapkan jamuan makanan. Setelah basa-basi
dengan tuan rumah, Romo Guru menyuruh kami makan, sedangkan beliau tidak makan,
alasannya kaki beliau sakit (apa hubungannya gumam isun).
Adzan magrib pun
berkumandang. Ternyata beliau buka puasa.
Gelodak, pipi ini rasanya seperti ditampar. Seharusnya kami sebagai
santri yang berpuasa. Karena ada pepatah mengatakan santri iku nandur, kalau
sudah jadi kyai baru manen. Tapi beliau tetap nirakati santri-santrinya.
Allohu akbar, sungguh teladan yang patut ditiru. Dan qodarulloh
beliau berpuasa bertepatan dengan yaumul bidh. Isun tidak tahu mana yang
beliau utamakan, puasa senin kamis atau puasa bidh, atau mungkin dua-duanya
(dua niat satu puasa). Karena isun dengar-dengar bahwa pondok disini agak
mewajibkan puasa bidh (karakter pondok beda-beda). Dan wajar jika agak
memaksakan, masak sebulan penuh kok gak ada puasanya!
semoga kita dianugrahi
Alloh untuk meniru jejak beliau. Amiin.
Barokalloh.
Saestu.
Mas Yusuf senyum. Wkwkwk
0 Komentar