Kajian hadis pagi
ini yang diriwayatkan oleh Abu Mas’ud yang diampu Kang Hadi Qodir al-Mundiri
al-Luthfi dengan Kitab Targhib wa Tarhib (3/5). Kajian rutin kamis pagi
Ribath al-Ibadah al-islamy asy-syarif yang diasuh oleh Romo Siddi Miftahul
Luthfi Muhammad al-Mutawakkil, pada kesempatan kali ini Kang Hadi mengkaji
hadis yang menjelaskan,.
وعن ابن مَسْعُودٍ، قَالَ : "
كَيْفَ بِكُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌ يَرْبُو فِيهَا الصَّغِيرُ ، وَيَهْرَمُ
فِيهَا الْكَبِيرُ ، وَيُتَّخَذُ سُنَّةٌ ، فَإِنْ غُيِّرَتْ يَوْمًا ، قِيلَ :
هَذَا مُنْكَرٌ " ، قَالُوا : وَمَتَى ذَلِكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ؟
قَالَ : " إِذَا قَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ ، وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ ،
وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ ، وَكَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ ، وَتُفُقِّهَ لِغَيْرِ
الدِّينِ ، وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ "
Hingga pada fitnah itu
anak-anak kecil kalian tumbuh, dan orang-orang tua kalian menjadi pikun. Lalu
fitnah itu dianggap sebagai sunnah “Nabi”, maka pada hari itu semuanya akan
berubah. Sahabat Ibnu Mas’ud berkata: “Itulah sebuah kemungkaran”. Para sahabat
bertanya: “Kapan hal itu terjadi?”. Ibnu Mas’ud menjawab: “Ketika sedikitnya
orang-orang beriman kalian, dan banyaknya pemimpin kalian, sedikitnya orang-orang
faqih kalian, dan banyaknya para pembaca al-Qur’an, dan belajar bukan karena
agama, serta mencari dunia dengan amal akhirot.”
sinyalemen diatas mengambarkan ketika manusia banyak yang tidak beriman lagi kepada alloh, banyak orang yang mengajukan diri untuk menjadi pemimpin, padahal kalau kita mau berfikir ketika wafatnya kanjeg Nabi Muhammad Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis. Setelah Rasulullah wafat, kaum muslim di Madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika kaum muhajirin dan ansar berkumpul di Saqifah bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang calon khalifah. Masing-masing mengajukan argumentasinya tentang siapa yang berhak sebagai khalifah. Kaum anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj sebagai pengganti nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas menyampaikan pendirian kaum muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari kalangan Quraisy. Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin munzir (kaum Anshar). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
sinyalemen diatas mengambarkan ketika manusia banyak yang tidak beriman lagi kepada alloh, banyak orang yang mengajukan diri untuk menjadi pemimpin, padahal kalau kita mau berfikir ketika wafatnya kanjeg Nabi Muhammad Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis. Setelah Rasulullah wafat, kaum muslim di Madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika kaum muhajirin dan ansar berkumpul di Saqifah bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang calon khalifah. Masing-masing mengajukan argumentasinya tentang siapa yang berhak sebagai khalifah. Kaum anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj sebagai pengganti nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas menyampaikan pendirian kaum muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari kalangan Quraisy. Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin munzir (kaum Anshar). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab
tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka dengan suara yang lantang
beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah.
Kemudian proses pembaiatanpun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh
Basyir bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut. Kalau
kita mau mengaca dari sejarah pengankatan sohabata Abu bakar menjadi pemimpin,
kita yang lagi berproses menjadi muslim ini apa tidak malu kalu berebutan
menjadi pemimpin.
kang Hadi juga mengemukakan ketika al-quran dibuat ajang perlomba’an dan membaca al-quran hanya sampai ditengorokan saja tanpa ada amplimentasi dikehidupan sehari-hari. Dan banyak manusia yang menjadikan agama untuk memenuhi isi perutnya saja, mengajar agama niatnya bukan untuk bekal untuk berjumpa dengan alloh tapi untuk mencari isi didalam amplop.
ketika semua struktur keagama’an tak berjalan dengan semestinya sudah banyak sang hamba yang keluar dari rel-rel yang sudah dipersiapkan alloh maka fitnah pun bertebaran dimuka bumi ini.
Maka ketika kondisi seperti itu sudah terjadi, benahi dengan linggkup kecil kita, perbanyak berkhalwat kepada alloh buat membina diri dari dalam maupun dari luar, perbanyak mujahadah dan bertaubat.
0 Komentar