Dalam lanjutan kajian kitab Bughyatul
Musytafid yang diampu oleh akhina fillah Kang Yusuf Tamami Muslih
dijelaskan, bahwasanya sangat berbeda persahabatan yang karena Alloh dan
bersahabat karena selain Alloh, entah itu karena ingin memeroleh jabatan,
memeroleh harta benda atau hanya ingin memeroleh pujian belaka.
Setiap kita pasti menginginkan
persahabatan sejati dan abadi. Persahabatan yang terus langgeng tidak hanya di
dunia, tetapi juga di akhirat. Persahabatan yang akan mengumpulkan seseorang
suka dan duka di dunia dan akhirat.
Tetapi persahabatan yang
seperti itu tidak akan didapatkan kecuali mereka yang bertakwa. Persahabatan
yang didasari oleh dunia, entah karena jabatan, harta dan urusan lainnya, tidak
akan menjadi abadi di akhirat. Kecuali jika dengan persahabatan itu seseorang
dapat berdakwah, amar ma'ruf nahi munkar, persahabatan yang didasari lillahi
ta’ala, maka ia akan menjadi persahabatan yang abadi.
Alloh swt. berfirman di dalam
surat az-Zukhruf:
الْØ£َØ®ِÙ„َّاء ÙŠَÙˆْÙ…َئِذٍ بَعْضُÙ‡ُÙ…ْ Ù„ِبَعْضٍ عَدُÙˆٌّ Ø¥ِÙ„َّا
الْÙ…ُتَّÙ‚ِينَ
"Teman-teman akrab pada
hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertakwa." ( QS. Az Zuhruf : 67 ).
Mengenai ayat ini, imam Ibnu
Katsir memberi penjelasan. Setiap persahabatan yang bukan karena Allah maka
sesungguhnya pada hari kiamat akan berbalik menjadi permusuhan. Kecuali
persahabatan karena Alloh 'azza wajalla, maka sesungguhnya ia akan kekal.
Ketika menafsirkan QS.
az-Zukhruf ayat 67 di atas, Imam al-Baghawi rhu. menukilkan
sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Abu Ishaq dari Sahabat Ali bin Abi
Thalib kw. yang mana beliau mengatakan: “Ada dua orang
mukmin yang saling bersahabat dan dua orang kafir yang saling bersahabat.
Ketika salah satu dari orang mukmin meninggal dunia ia pun berkata:
“Wahai Robb-ku sesungguhnya si
fulan dahulu memerintahkanku untuk berbuat patuh kepada-Mu dan kepada Rosul-Mu,
dia juga menerintahkanku untuk melakukan amal kebaikan dan menjauhi kejelekan,
dia juga mengabarkan kepadaku bahwa suatu ketika aku akan bertemu dengan-Mu,
(maka) wahai Robb-ku janganlah Engkau sesatkan dia setelah sepeninggalanku,
berilah ia petunjuk sebagaimana Engkau telah memberikan petunjuk kepadaku,
serta muliakanlah dia sebagaimana Engkau telah memuliakanku.” Ketika teman dari
orang mukmin tersebut itu meninggal dunia, maka Alloh pun mengumpulkan
keduanya, dan Alloh mengatakan kepada mereka: “Hendaklah kalian saling memuji
satu sama lain!.” Kemudian orang mukmin tersebut berkata: “Inilah
sebaik-baiknya saudara, sebaik-baiknya sahabat dan sebaik-baiknya teman.”
Adapun ketika salah satu dari
dua orang kafir tersebut meninggal dunia, ia berkata:
“Wahai Robb-ku, sesungguhnya si
fulan dahulu melarangku untuk berbuat patuh kepada-Mu dan kepada Rosul-Mu, dan
ia (justru) menyuruhku untuk berbuat kejelekan dan melarangku dari berbuat
kebaikan. Dia juga mengabarkan kepadaku bahwa kelak aku tidak akan pernah
bertemu dengan-Mu. Maka orang kafir tersebut berkata: “Inilah seburuk-buruknya
saudara, seburuk-buruknya sahabat dan seburuk-buruknya teman.”
Kisah tersebut menjelaskan
bahwa persahabatan yang dijalin oleh orang-orang mukmin itu akan berakhir indah
dan penuh kenikmatan karena Alloh telah meridhainya. Sedangkan persahabatan
yang dijalin oleh orang-orang kafir itu akan berakhir dengan kesengsaraan dan
adzab dari Alloh swt.

"Maka Alloh berfirman :
"Pergilah ke neraka, lalu keluarkan Sahabat-sahabat mu yang di hatinya ada
Iman walaupun hanya sebesar zdarroh."
0 Komentar