Ribath
al-Ibadah al-Islami asy-Syarif melakukan technical meeting (14/4) untuk
acara Coaching Adapting More yang akan diadakan di Ujung Pangkah, Gresik, Jawa
Timur pada 20-22 April 2018. Acara tersebut akan diikuti 30 peserta. 20
laki-laki dan 10 perempuan. Coach yang mendampingi acara ada 5 orang. Fuazy,
Abdillah Thaufik (Gus Ata), Abu Mahmud, Bambang Soetikno, Ustadz Ali Misbahul
Munir. Romo Guru Siddi Miftahul Luthfi Muhammad al-Mutawakkil juga akan ikut
mendampingi kegiatan dengan pulang pergi Surabaya-Gresik. Sebab acara yang
diadakan mulai jum’at malam. Romo meluncur menuju lokasi bersama peserta
coaching sembari membuka acara. Sabtu pagi, Romo Guru sudah harus berada di
Surabaya untuk mengisi kajian Qolban Saliman (Syarah al-Hikam).
Setelah
itu, insya Alloh Romo akan kembali ke lokasi acara untuk memberikan pengarahan
coaching diikuti oleh peserta dari berbagai macam profesi. Bahkan ada yang
terbang dari Malaysia hanya untuk mengikuti acara yang akan berlangsung 2 hari
tersebut. Juga ada peserta yang baru 3 kali datang ke Ribath. Ia mengatakan
bahwa dulu bertemu dengan Romo Guru ketika beliau masih rutin mengisi acara di
Maiyah Bang-bang Wetan bersama Emha Ainun Nadjib. Ada peserta dari pasangan
suami istri. Juga ada yang dari pasangan ibu-anak.
Mereka
semua akan berbaur untuk belajar memraktikkan buku Adapting More yang ditulis
oleh Romo Guru. Sebab, kata Mulyanto, salah satu peserta coaching, buku
Adapting More bagi dirinya, mungkin juga bagi pembaca yang lain, sulit untuk
dipahami. Maka coaching Adapting More ini menjadi salah satu untuk memahami
sekaligus memraktikan apa yang diajarkan di dalam buku tersebut.
Hal
tersebut juga ditegaskan oleh Gus Ata yang mengatakan bahwa buku Adapting More
sebagai buku yang implisit perlu dieksplisitkan untuk mendapatkan faedah lebih
berlimpah dari apa yang sudah dipaparkan oleh Romo Guru Siddi Miftahul Luthfi
Muhammad di dalam buku tersebut.
Beberapa
peserta mengaku, acara ini sebagai sarana pembelajar dengan cara baru yang
mungkin akan memberikan bekas dan kesan yang lebih mendalam. Seperti yang
diungkapkan oleh Siti Khodijah sebagai peserta tertua. “Acara ini menjadi
sarana bagi saya pribadi untuk mencoba pelajaran dengan cara baru. Keluar dari
rutinitas. Keluar dari zona nyaman untuk mendapatkan pelajaran untuk menjadi
lebih baik lagi. Niat dan acara baik ini semoga bisa menjadi bekal kematian
saya, menjadi bekal kematian kita semua”.
Romo
Guru secara khusus memberikan arahan bahwa semua acara ini adalah untuk
mengukuhkan laku peserta di dalam memraktikkan iyyaka na’bu wa iyyaka
nasta’in di dalam kehidupan. Hal ini juga bisa menjadi sarana untuk
memerbaiki ungkitan-ungkitan DNA agar mampu mengaktivasinya dengan baik. Dan
yang terpenting, acara ini akan menjadi sarana meretas egoisme dan membangun
hubungan paseduluran yang kukuh. Ada sharing satu sama lain yang bersifat
memotivasi. Ada inovasi, dan kreativitas yang dibangung. Semua dilakukan untuk
menjadi hamba-hamba Alloh punya keyakinan yang kuat dan menjadi hamba-hamba
Alloh yang mengabdi mutlak hanya kepadaNYA. (ayt/11/tmcam)
0 Komentar