Telah berulang bilangan tahun, ketika janji
diucapkan dan diyakini untuk dipegang. Aku mengenangnya, masa lalu yang kini
berulang seperti angin subuh yang senantiasa berhembus perlahan dan terus
menerus, menggigilkan tulang-tulangku, merapatkan tangan dengan lututku. Aku musti
mengakui bahwa harapan-harapan yang begitu teguh ketika ia lahir, dihantam
badai berkali-kali sampai nyaris tak bisa berdiri. Aku bertanggung jawab untuk
mendekapnya, membisikkan selamat yang baginya tak ubahnya dongeng masa kecil yang
hanya berguna untuk dikenang.
Aku belum benar-benar melakukannya sepenuh
hati, rasa enggan melenakanku. Aku memahami dan mengerti sesuatu, tetapi
sedetik kemudian hilang akal dan menjadi layaknya binatang. Bukan satu-dua
kali, bukan tiga-empat kali, aku berjanji dalam sunyi dan tak sampai sehari
kuingkari. Kuajak setiap jengkal tubuhku berdiskusi, menanyakan hal-hal biasa
sampai rahasia-rahasia yang membikinku terpaku. Betapa amat banyak yang tak
kuketahui, betapa kebodohan adalah makananku sehari-hari.
Ketika kemudian aku masih bias tidur sambil
mendengkur, sementara rumah para tetangga didatangi lumpur yang diutus Tuhan. Angin
malam kuhadang dengan gorden warna putih, dan pintu kayu yang diplitur. Nyamuk-nyamuk
kubius agar tak mengganggu mimpi senggamaku.
Tak belajar dari masa lalu itu dungu, kata
orang berilmu. Tak belajar dari masa lalu itu kerugian yang nyaris kebangkrutan,
kata orang arif. Tak belajar dari masa lalu itu… bukan aku, kataku. Aku tak
mengelak, sebab berulangkali gagal tak membuatku menanggung malu. Masalah
serius yang tak kunjung bias kuhentikan. Kalau kubaca firman Tuhan, atau kutau betapa
pengasih Kekasihnya itu, aku menangis tersedu. Ternyata, masih ada rongga untuk
mengalirkan air mata itu dari jiwaku.
Ini, ialah juga sebuah perjanjian, tak
kujanjikan aku akan sanggup menepatinya, tak kuharapkan aku tak gagal lagi, aku
hanya ingin terus bangkit, meski seratus kali tersungkur, meski ribuan kali langkah
terhenti dan menemukan usahaku seperti sebuah kesia-siaan.
Sampai nanti, sampai mati. Jangan bodoh lagi!
0 Komentar