Siang itu
bertepatan hari selasa 5/01/16, sebut saja abdulloh berkehendak untuk mengirim
sebuah majalah pada suatu daerah di kota Surabaya, akan tetapi tidak cukup
mengirim majalah tetapi sambil berguru ke penjual es daun cincau. satu hari
sebelum berangkat mengirim majalah, putra dari gurunya menginginkan diantara
murid gurunya ada yang bisa membuat daun cincau menjadi kenyal seperti
agar-agar, bertepatan juga di atas rumahnya ada tanaman daun cincau. Disurulah
mereka untuk mencoba membuat agar-agar dari daun cincau.
Konon katanya kota
metropolitan Surabaya suhu cuacanya panas, memang betul. banyak para
pedagang kaki lima (PKL) bermunculan di seberang jalan trotoar, mereka
berjualan beraneka kuliner makanan dan minuman. Dengan makanan dan minuman yang
menggiurkan ketika melihatnya. tapi untuk menyantap dan meneguknya kita perlu
berhati-hati. Karena bisa jadi makanan dan minuman yang dijual para
pedagang kaki lima tersebut belum tentu makanan dan minuman itu halal apalagi
berkah.
Terasa Maknyus
pertama untuk meneguk segelas es daun cincau yang dibuat oleh pedagang kaki
lima yang dijual dikota metropolitan Surabaya. Bukan sebuah rencana awal mula
menjadikan es daun cincau sebagai tujuan, tapi es daun cincau itu mulai
terngiang di tengah perjalanan. Karena rasa ingin tahu untuk mencicipi
makNYusnya segelas es daun cincau di pinggir jalan. Waktu itu di deretan
pinggir jalan ada beberapa menu kuliner makanan dan minuman yang siap
saji, seperti;Gado-Gado, Siomay, Pentol Cinlok, es teh, es cao dan es daun
cincau. Tapi hari itu yang terpilih hanya segelas es daun cincau yang
makNYus.
Abdulloh mulai
berangkat pukul 10.00 wib. dari asrama yang telah ditempatinya, Memang cuaca
awal berangkat agak mendung, tapi tak mengurungkan niatnya untuk menghantar
majalah harus sampai ke pembaca. Begitu lelah dan rasa ingin tahu cara membuat
daun cincau bisa menjadi kenyal seperti agar-agar dan ingin tahu rasanya
meneguk es yang segar. Maka si Abdulloh setelah tugas mengahantar majalah beres
ia langsung mencari kuliner es daun cincau.
Tak cukup meneguk
saja si Abdulloh tapi dengan rasa penasaran dan ingin tahunya, ia seteguk
sambil meneguk segelas es daun cincau Abdulloh ngobrol asyik dengan bapak
penjual es daun cincau makNYus.
Abdulloh mengawali
menyapa ke bapak yang jual es daun cincau; “Pak. Es daun cincaunya nya
suuuuegarrr, kalau boleh tahu bagaimana cara membuatnya daun cincau bisa
menjadi kenyal seperti ini pak?” Gumam abdulloh sambil tersenyum. “Kalau
sekedar saya katakan cara membuatnya, kamu tidak akan bisa membuatnya
mas!!”bapak pedagang es daun cincau menjawabnya. “terus bagaimana pak?”kembali
abdulloh melontarkan pertnya’an seraya penasaran. “Yaa harus langsung praktek
mas!! Jadi kalau saya sampaikan saja secara ngobrol begini sampean mungkin
tidak akan langsung bisa mas!” jawab bapaknya.
Si Abdulloh
termenung ingat dengan materi kajian yang tak lama telah disampaikan “Romo
Gurunya yakni menerima suatu materi pelajaran baru praktek terlebih
dahulu setelah itu teori bisa ditemukan, bukan teori dipelajari dan dikumpulkan
sebanyak-banyak tapi praktek Nol besar, Bel gedebel beh”. Tak lama kemudian
Abdulloh memberi pernyata’an kepada bapak penjual es daun cincau. “Terus
bagaimana saya langsung bisa praktek membuatnya?” Si bapak menjawabnya. “Yaa
masnya sore hari setelah bapak jualan bisa datang ke rumah, melihat bagaimana
saya meracik dari mencuci daun cincaunya sampai menyaring daun cincau yang
sudah diremes-remes dengan air panas, kemudian airnya dimasukkan ke dalam
wadah, baru kamu bisa mas!”jawab bapak pedagang es daun cincau seraya
meyakinkan. “Wouw mana bisa kalau sore sebelum diriku izin pada ketua
asrama”Gumam abdulloh di dalam hati.
Sebentar terdiam
dan tak puas, abdulloh kembali memberi pertanya’an ke bapak penjual es daun
cincau tersebut, “Bapak, sekarangkan ada internet, masak saya tidak bisa
mencoba cara membuat perasan daun cincau menjadi kenyal dengan membuka
internet?” Terus bapak pedagang menjawabnya. “ya kamu coba dulu saja, mungkin
bisa tapi tak cukup satu kali kamu mencobanya!”.
Bapak penjual es
daun cincau kembali memberi pernyata’an kepada Abdulloh. “Mas saya dulu awal
ingin usaha es daun cincau ini, saya belajar cara membuat es daun cincau dengan
membayar uang lima ratus ribu rupiah. Tapi kalau sampean mau belajar,
monggo sampean langsung bisa main kerumah setelah pulang jualan mas! Tak usa
membayar, sampean datang kerumah sambil ngobrol bapak seneng mas.” Jawab
Abdulloh. “baik pak, tinggal mengatur waktu saja pak! InsyaAlloh.” seraya
Abdulloh dengan nada halus dan menghaturkan banyak terima kasih kepada bapak
penjual es daun cincau makNYus.
Dari obrolan
diatas yang tak tertuliskan ada yang membuat terkesan di benak Abdulloh.
Bapak penjual es daun cincau, ia mencari daun cincaunya di setiap orang
didaerah perkampungannya yang ada tanaman daun cincau. Bapaknya menyatakan
setiap 1 Kg dengan harga lima ribu sampai tujuh ribu. Ada perbeda’an antara
daun cincau yang datang langsung dari kota bandung dengan daun cincau yang ada
di kota Surabaya, kata bapaknya hasil kenyal agar-agar perasan daun cincau yang
dapat dari kota Bandung itu lebih bagus. Kalau menginginkan kiriman daun cincau
dari kota bandung bisa didapatkan di Jogoloyo. tapi ingat, daun cincau yang
sudah dipaketkan dari kota Bandung cuma bertahan dua hari, berbeda dengan daun
cincau yang ditanam di kota Surabaya bertahan sampai lima hari, semua terhitung
mulai memetik daun cincau dari pohonnya.
Syef. Graha
Ekolistik. 280116
0 Komentar